Pesona Kecantikan Pulau Tinjil - Banten
Pulau  Tinjil adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Samudra Hindia,  berada di titik koordinat 6°57′44″LS,105°47′0″BT. Secara administratif  termasuk Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Banten, Pandeglang, Propinsi Banten. Pulau tersebut merupakan pulau kecil dengan luas sekitar 600 hektar (panjang 6Km dan lebar 1Km).
 Hamparan  pasir putih membentang di sepanjang pantai, sesekali terdengar suara  binatang hutan bersahutan, ditimpali desiran ombak. Selebihnya adalah  kesenyapan yang membungkus Pulau Tinjil. Pulau  ini amat resik dengan panorama yang menyejukkan. Sejauh mata memandang,  hanya ada hijau dedaunan. Aneka fauna khas pulau tropis berseliweran  dengan bebas tanpa takut diusik manusia. Vegetasi yang dapat dijumpai di  pulau ini adalah ketapang, melinjo, sawo hutan, nipah dll.
Pulau  tinjil termasuk dalam wilayah pengelolaan hutan Perum Perhutani KPH  Banten BKPH Malingping RPH Malingping, namun sejak tahun 1988 melalui  proyek kerjasama penangkaran satwa primata, pulau Tinjil digunakan  sebagai Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) oleh Institut Pertanian Bogor  (IPB), yang diperuntukkan bagi penangkaran monyet berekor panjang  ((Macaca fascicularis)
Di  pulau seluas 600 hektar ini tidak dihuni oleh penduduk secara permanen,  hanya terdapat sekitar 10 orang pengelola satwa primata dan beberapa  orang nelayan binaan yang terdapat di tiga lokasi pinggir pantai  selebihnya dihuni oleh "kerajaan" monyet berekor panjang (Macaca  fascicularis), banyak ditemukan juga biawak yang melintas baik di hutan,  sepanjang pantai maupun di sekitar pondok.
Kera  hasil panen entah itu kera yang ditangkarkan dari Bogor atau anakannya  telah dimanfaatkan dalam berbagai penelitian biomedis di Pusat  Penelitian Primata Universitas Washington di AS dan institusi lainnya.  Sebagian besar di antaranya dimanfaatkan dalam penelitian yang terkait  dengan virus HIV dan AIDS. Termasuk penelitian untuk pengembangan dan  pengujian vaksin maupun penelitian pengobatan untuk mengendalikan  infeksi virusnya. Selain dengan Universitas Washington, Pusat Studi  Satwa juga bekerja sama dengan lembaga riset primata yang ada di Amerika  Serikat, Australia, dan Jepang.
Pada  akhir bulan Juli 2009 saya bersama Tim Perisalah SPH 1 Bogor  menginjakan kaki di Pulau Tinjil dan Tim lainnya ke Pulau Deli untuk  melakukan risalah hutan. Untuk mencapai lokasi tersebut dapat  menggunakan mobil dari Bandung  selama 8 jam menggunakan jalur selatan atau 10 jam menggunakan jalur  utara menuju Binuangeun, jalur selatan menawarkan pemandangan yang lebih  baik karena sepanjang jalan melewati pesisir Pantai Selata Pulau Jawa.  Transportasi dari Binuangeun menuju Pulau Tinjil menggunakan kapal  nelayan yang disewa dari penduduk sekitar dengan perjalanan yang  ditempuh 16 Km selama 2 jam.
Untuk  masuk ke pulau ini, ternyata tak gampang. Mula-mula, harus ada izin  resmi dari Pusat Studi Satwa Primata. Si pengunjung juga harus lulus  pemeriksaan kesehatan agar tidak menularkan penyakit kepada populasi  monyet yang bebas beberapa jenis patogen atau virus, seperti  tubercolosis (TBC) dan simian retrovirus (SRV). Urusan pemeriksaan  kesehatan para calon pengunjung akan ditangani oleh petugas pengelola  Pulau Tinjil. Setelah mendapat ijin barulah kita bisa menunggu  pemberangkatan tepatnya di Basecamp IPB di Kampung Muara, Desa Cikiruh  Wetan, Kecamatan Binuangen. 
Wilayah  ini merupakan lokasi paling dekat untuk menjangkau pulau dan dijadikan  Pusat Studi Satwa sebagai tempat transit dan sterilisasi pengujung  sebelum menyeberang ke pulau kera. Lolos dalam pemeriksaan, pengunjung  memerlukan waktu sekitar dua jam untuk mencapai pulau kera dari Kampung  Muara Binuangeun (MB). Selama perjalanan, jangan harap penumpang motor  bisa bersantai atau sempat menikmati perjalanan layaknya piknik-piknik  wisata. Ombak yang tinggi dan besar siap menyerbu perahu motor yang  lewat setiap 



 
0 komentar:
Posting Komentar